Tapi semua diperoleh melalui proses.
PELAJARAN SUKSES
Masih inget teori umum soal majer tim sepakbola legendaris inggris? Teori ini menyebutkan mereka punya latar belakang yang sama. Yaitu berasal dari lingkungan kaum pekerja atau buruh diantaranya adalah Jock Stein, Sir Matt Busby, Bill Shankly, serta Bill Paisley.
Ini diakui oleh Sir alex ferguson. Ada hal- hal tertentu dan kemampuan yang nggak bisa didapat cumka lewat pelatihan atau pengalaman dilapangan sepak bola aja. Besar dilingkungan kaum pekerja bisa dibilang menguntungkan bagi calon majer tim sepak bola. Daripada menghabiskan waktu di tempat training center. Interaksi khusus dilingkungan kaum pekerja merupakan modal untuk mengenal karakter seseorang secara tepat.
Fergie sepakat dengan hal ini. Dia sendiri berasal dari lingkungan kaum pekerja.
“saya yakin pekerjaan sebagai buruh pabrik telah membantu saya untuk bisa menjadi seperti sekarang ini. Masa –masa itu membuat saya memahami nilai-nilai yang ada dikonsep kerja tim,” kata fergie.
Nggak heran talenta fergie yang paling utama adalah sebagai majer tim bukan semata kemampuan teknis, strategi, atau taktik. Tapi kemampuan berinteraksi secara intens dengan setiap pemain serta gagasan- gagasan cemerlang soal permainan tim. Nggak heran karirnya sebagai manajer yang sukses menanjak dengan cepat.
IDOLA FERGIE
Yang pasti kesadaran fergie soal pentingnya kemampuan nonteknis dalam membangun sebuah tim sepak bola yang kuat nggak datang begitu aja. Fergie mempelajari dari sosok manajer legendaris yang paling dihormati sejagad Skotlandia, Jock Stein. Sosok ini menjadi idolanya.
Kekaguman fergie terhadap Jock Stein bukan berdasarkan prestasi fenomenal yang diciptakannya. Bukan juga prestasi Jock Stein yang membuat Glasgow Celtic meraih gelar liga 9 kali berturut –turut. Atau sejarah yang diciptakan saat Glasgow Celtic menjadi juara Eropa buat pertama kalinya. Tapi kemampuan membentuk tim solid yang hanya terdiri dari talenta local untuk mengalahkan raksasa- raksasa Eropa yang bertaburan bintang.
Dimata fergie, Jock Stein adalah guru. Bahkan diawal karirnya sebagai pelatih fergie selalu mengincar posisi menjadi asisten Jock Stein.
Niatnya ini kesampaian setelah fergie membuktikan bakatnya sebagai manajer sukses saat menangani klub Aberdeen. Klub ini berhasil meraih gelar juara liga piala Skotlandia, serta gelar Winners Cup. Jock Stein yang saat itu mendapat tugas menangani timnas Skotlandia pun meliriknya. Hanya saja posisi asisten udah ada yang mengisi.
Untung saja beberapa waktu berikutnya, asisten Jock Stein di timnas skotlandia mengundurkan diri. Meski belum pasti posisi itu di serahkan kepada fergie, tapi fergie selalu berdebar-debar menantikan berita baik. Nyatanya posisi tersebut diberikan kepada fergie. Disinilah proses fergie menjadi manajer legendaris di mulai.
KUASA PENUH
Yang pertama kali dipelajarin fergie dari Jock Stein adalah pengaruhnya yang sangat besar. Kehadirannya selalu terasa dimana pun berada. Para pemain seolah mendapat kebanggaan bila Stein menyapanya.
Begitu pula yang selama ini dilakukan fergie sebagai seorang pelatih. Dia berusaha memposisikan dirinya menjadi sosok yang paling berkuasa. Nggak ada seorang pemain pun yang bisa sembarangan sok akrab dengannya. Di sisi lain, dia juga berusaha untuk membangun jaringan. Komunikasi dijalankan dengan baik dengan pemain maupun asisten. Dengan begitu, fegie selalu bisa mendapat informasi akurat soal timnya setiap saat.
Dan pelajaran lain yang bisa diambil fergie adalah cara Stein membentuk tim sesuai keinginannya. Asal tau aja, para petinggi klub biasanya suka ikut campur dalam urusan memilih, membeli dan menjual pemain. Dari Jock Stein, fergie belajar taktik. Caranya dengan mengajukan saran yang dibuat sedemikian rupa, sehingga pemilik klub nggak berkutik.
Begitu petinggi klub disodorkan sejumlah pemain pilihan yang diajukan fergie, kebanyakan ujungnya mereka nggak punya pilihan. Mau nggak mau mengikuti kemauan fergie. Cara ini pula yang dilakukan Stein saat membentuk tim Glasgow Celtic yang solid.
“menurut saya pengaruh yang dimiliki seorang manajer harus sedemikian kuat sehingga sehingga terkesan seperti memaksa untuk mendapatkan sebuah keputusan tepat. Lagipula sering sekali keputusan penting ditunda- tunda, biasanya karena ini saya selalu melangkahi rapat dewan umtuk mendapatkan yang saya inginkan,” Jelas Fergie.
Kini , setelah 20 tahun lebih telah meng-arsitek Manchester United, nggak terlihat ada tanda –tanda melemahnya kekuasaan fergie atas timnya. Sebaliknya karir sebagai manajer tim Setan Merah itu seakan belum ketahuan lagi akan berujung dimana. Fergie seolah memberikan sinyal, bahwa Manchester United masih akan bersinar dan akan memperoleh kembali puncak kejayaannya di Eropa.
Jika hal itu bisa dibuktikan , maka orang sekali lagi akan menaruh respect kepadanya. Fergie memang seorang manajer sukses dengan prestasinya yang sulit di tandingi dan sama legendarisnya dengan Jock Stein.
Tamat…
(Kid –oest News : dari My Autobiography, Alex Ferguson : managing my life)
No comments:
Post a Comment